Articles by "Kisah Khalifah"
Showing posts with label Kisah Khalifah. Show all posts
Kumpulan Kisah - Kisah Teladan Dan Hikmah Dan Sejarah Islam
Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a

NASABNYA

Nama Abu bakar ash-Shiddiq ra. sebenarnya adalah Abdullah bin Usman bin Amir bin Amru bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasy at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi saw pada kakeknya Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai. Dan ibunya adalah Ummu al-Khair Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim. Berarti ayah dan ibunya berasal dari kabilah Bani Taim. 

Ayahnya diberi kuniyah (sebutan panggilan) Abu Quhafah. Dan pada masa jahiliyyah Abu Bakar ash Shiddiq ra. digelari Atiq. Imam Thabari menye-butkan19 dari jalur Ibnu Luhai'ah bahwa anak-anak dari Abu Quhafah tiga orang, pertama Atiq (Abu Bakar), kedua Mu'taq dan ketiga Utaiq.

KARAKTER FISIK DAN AKHLAKNYA,

Abu Bakar adalah seorang yang bertubuh kurus, berkulit putih. 'Aisyah menerangkan karakter bapaknya, "Beliau berkulit putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggang (sehingga kainnya seialu turun dari pinggangnya), wajahnya seialu berkeringat, hitam matanya, berkening lebar, tidak bisa bersaja’dan seialu mewarnai jenggotnya dengan memakai hinai maupun katam."

Begitulah karakter fisik beliau. Adapun akhlaknya, beliau terkenal dengan kebaikan, keberanian, kokoh pendirian, seialu memiliki ide-ide yang cemerlang dalam keadaan genting, banyak toleransi, penyabar memiliki azimah (keinginan keras), faqih, paling mengerti dengan garis keturunan Arab dan berita-berita mereka, sangat bertawakkal kepada Allah dan yakin dengan segala janjiNya, bersifat wara' dan jauh dari segala syubhat, zuhud terhadap dunia, selalu mengharapkan apa-apa yang lebih baik di sisi Allah, serta lembut dan ramah, semoga Allah meridhainya. Akan diterang-kan kelak secara rinci hal-hal yang membuktikan sifat-sifat dan akhlaknya yang mulia ini.

KEISLAMANNYA

Abu Bakar adalah lelaki yang pertama kali memeluk Islam, walaupun Khadijah lebih dahulu masuk Islam daripadanya, adapun dari golongan anak-anak, Ali yang pertama kali memeluk Islam, sementara Zaid bin Haritsah adalah yang pertama kali memeluk Islam dari golongan budak.

Ternyata keislaman Abu Bakar ra. paling banyak membawa manfaat besar terhadap Islam dan kaum muslimin dibandingkan dengan keislaman selainnya, karena kedudukannya yang tinggi dan semangat serta kesungguhan-nya dalam berdakwah. 

Dengan keislamannya maka masuk mengikutinya tokoh-tokoh besar yang masyhur sepérti Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqqas, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, dan Talhah bin Ubaidil-lah ra Di awal keislamannya beliau menginfakkan di jalan Allah apa yang dimilikinya sebanyak 40.000 dirham, beliau banyak memerdekakan budak-budak yang disiksa karena keislamannya di jalan Allah, seperti Bilal ra. 

Beliau selalu mengiringi Rasulullah saw. selama di Makkah, bahkan dialah yang mengiringi beliau ketika bersembunyi dalam gua dan dalam perjalanan hij-rah hingga sampai di kota Madinah. 

Di samping itu beliau mengikuti seluruh peperangan yang diikuti Rasulullah saw. baik perang Badar, Uhud, Khandaq, Penaklukan kota Makkah, Hunain maupun peperangan di Tabuk.

ISTRI-ISTRI DAN ANAK-ANAKNYA

Abu Bakar pernah menikahi Qutailah binti Abd al-Uzza bin Abd bin As'ad pada masa Jahiliyyah dan dari pernikahan tersebut lahirlah Abdullah dan Asma'. Beliau juga menikahi Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal bin Dahman dari Kinanah, dari pernikahan tersebut lahirlah Abdurrahman dan ‘Aisyah ra.

Beliau juga menikahi Asma' binti Umais bin Ma'add bin Taim al Khats'amiyyah, dan sebelumnya Asma' diperisteri oleh Ja'far bin Abi Thalib. Dari hasil pernikahan ini lahirlah Muhammad bin Abu Bakar, dan kelahiran tersebut terjadi pada waktu haji Wada' di Dzul Hulaifah.

Beliau juga menikahi Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Abi Zuhair dari Bani al-Haris bin al-Khazraj. Abu bakar pernah singgah di rumah Kharijah ketika beliau datang ke Madinah dan kemudian mempersunting putrinya, dan beliau masih terus berdiam dengannya di suatu tempat yang disebut dengan as-Sunuh hingga Rasulullah
saw. wafat dan beliau kemudian diangkat menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah saw. Dari pernikahan tersebut lahirlah Ummu Kaltsum setelah wafatnya Rasulullah saw.

BEBERAPA CONTOH KETELADANAN DAN
KEUTAMAANNYA

Keutamaan Abu Bakar ash-Shiddiq ra. sangat banyak sekali dan telah dimuat dalam kitab-kitab sunnah, kitab tarajim (biografi para tokoh), maupun kitab-kitab tarikh, namun saya akan berusaha meringkas sesuai dengan yang telah disebutkan al-Hafizh Abdullah al-Bukhari dalam shahihnya yang termuat dalam
Kitab Fadha'il Shahabat.

1) Beliau Adalah Sahabat Rasulullah saw. di Gua Dan Ketika Hijrah

Allah berfirman,

"Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telahmenolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluar-kannya(dari Makkah) sedang dia salah seseorang dari dua orang ketika ke-duanya beradadalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya, 'Janganlah berduka cita,
sesungguhnya Allah bersama kita”. (At-Taubah: 40)

Aisyah, Abu Said dan Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat ini mengatakan “Abu Bakarlah yang mengiringi Nabi dalam gua tersebut.”

Diriwayatkan dari al-Barra' bin 'Azib, ia berkata, "Suatu ketika Abu Bakar pernah membeli seekor tunggangan dari Azib dengan harga 10 Dirham, maka Abu Bakar berkata kepada 'Azib, Suruhlah anakmu si Barra agar mengantarkan hewan tersebut." 
Maka 'Azib berkata, "Tidak, hingga engkau menceritakan kepada kami bagaimana kisah perjalananmu bersama Rasulullah saw. ketika keluar dari Makkah sementara orang-orang musyrikin sibuk mencari-cari kalian."

Abu Bakar berkata, "Kami berangkat dari Makkah, berjalan sepanjang siang dan malam hingga datang waktu zuhur, maka aku mencari-cari tempat bernaung agar kami dapat istirahat di bawahnya, ternyata aku melihat ada batu besar, maka
segera kudatangi dan terlihat di situ ada naungannya, maka kubentangkan tikar untuk Nabi saw. kemudian kukatakan padanya, "Istirahat-lah wahai Nabi Allah."

Maka beliaupun beristirahat, sementara aku memantau daerah sekitarku, apakah ada orang-orang yang mencari kami datang mengin-tai. Tiba-tiba aku melihat ada seorang pengembala kambing sedang menggiring kambingnya ke arah teduhan di bawah batu tersebut ingin berteduh seperti kami, maka aku bertanya padanya,
"Siapa tuannmu wahai budak?" 
Dia menja-wab, "Budak milik si fulan, seseorang dari suku Quraisy." 
Dia menyebut nama tuannya dan aku mengenalnya, kemudian kutanyakan, "Apakah kambingmu memiliki susu?" 
Dia menjawab, "Ya!" 
lantas kukatakan, "Maukah engkau memeras untuk kami?" 
Dia menjawab, "Ya!" 

Maka dia mengambil salah satu dari kambing-kambing tersebut, setelah itu kuperintahkan dia agar membersihkan susu kambing tersebut terlebih dahulu dari kotoran dan debu, kemudian kuperintahkan agar menghembus telapak tangannya dari debu, maka dia menepukkan kedua telapak tanggannya dan dia mulai memeras susu, sementara aku telah mempersiapkan wadah yang di mulutnya dibalut kain menampung susu tersebut, maka segera kutuangkan susu yang telah diperas itu ke dalam tempat tersebut dan kutunggu hingga bawahnya dingin, lalu
kubawakan kehadapan Nabi saw. dan ternyata beliau sudah bangun, segera kukatakan padanya, "Minumlah wahai Rasulullah saw.." 

Maka beliau mulai minum hingga kulihat beliau telah kenyang, setelah itu kukatakan padanya, "Bukan-kah kita akan segera berjalan kembali ya Rasulullah saw.?" 
Beliau menjawab, "Ya!" 
Akhirnya kami melanjutkan perjalanan sementara orang-orang
musyrik terus menerus mencari kami, tidak satupun yang dapat menyusul kami kecuali Suraqah bin Malik bin Ju'syam yang mengendarai kudanya, maka kukatakan pada Rasulullullah, "Orang ini telah berhasil mengejar kita wahai Rasulullah saw.," 
namun beliau menjawab, "Jangan khawatir, sesungguhnya Allah
beserta kita."

Diriwayatkan dari Anas dari Abu Bakar beliau berkata, "Kukatakan kepada Nabi saw ketika kami berada dalam gua, 'Andai saja mereka (orang-orang Musyrik) melihat ke bawah kaki mereka pastilah kita akan terlihat.' Rasul menjawab,"Bagaimana pendapatmu wahai Abu Bakar dengan dua orang manusia sementara Allah menjadi yang ketiga."

2) Abu Bakar Adalah Sahabat yang Paling Banyak Ilmunya

Abu Sa'id al-Khudri berkata, "Suatu ketika Rasulullah saw. berkhutbah di hadapan manusia dan berkata,"Sesungguhnya Allah telah menyuruh seorang hamba untuk memilih antara dunia atau memilih ganjaran pahala dan apa-apa yang ada di sisiNya, namun ternyata hamba tersebut memilih apa-apa yang ada di sisi Allah."

Abu Sa'id berkata, "Maka Abu Bakar menangis, kami heran kenapa beliau di atas kedua lututnya, "Wahai Rasulullah saw. Demi Allah sebenarnya akulah yang bersalah dua kali" 
Maka Rasulullah saw. berkata,"Sesungguhnya aku telah diutus Allah kepada kalian namun kalian mengatakan, "Engkau pendusta!" Sementara Abu Bakar berkata, "Engkau benar " Setelah itu
dia membelaku dengan seluruh jiwa dan hartanya. Lalu apakah kalian tidak jera menyakiti sahabatku ?" Setelah itu Abu Bakar tidak pernah lagi di sakiti."

5) Abu Bakar Paling Dulu Masuk Islam dan Selalu Mendampingi Rasulullah saw.

Diriwayatkan dari Wabirah bin Abdurrahman dari Hammam dia berkata, Aku mendengar Ammar berkata, "Aku melihat Rasulullah saw. pada waktu itu tidak ada yang mengikutinya kecuali lima orang budak, dua wanita dan Abu Bakar."

6) Orang yang Paling Dicintai Rasulullah saw.

Diriwayatkan dari Abu Utsman dia berkata, "Telah berkata kepadaku Amru bin al-Ash bahwa Rasulullah saw. pernah mengutusnya dalam peperangan Dzatus Salaasil, 
kemudian aku mendatanginya dan bertanya, "Siapakah orang yang paling kau cintai? 
Maka Rasulullah saw. menjawab, '"Aisyah!" 
Kemudian kutanyakan lagi, "Dari kalangan laki-laki?" 
Rasul menjawab, "Bapaknya." 
Kemudian kutanyakan lagi, "Siapa setelah itu?" 
Dia menjawab, "Umar!" 
Kemudian Rasulullah saw. menyebutkan beberapa orang lelaki".

7) Imán dan Keyakinannya yang Kuat

Diriwayatkan dari Abu Hurairah dia berkata, "Aku pernah men-dengar Rasulullah saw berkata, "Ketika seorang pengembala sedang menggembala kambingnya, tiba-tiba datang seekor serigala memangsa seekor kambingnya, maka spontan pengembala tersebut mengejarnya, tiba-tiba serigala itu berpaling menoleh kepadanya dan berkata, 'Siapa yang dapat menjaganya pada waktu dia akan dimangsa, yaitu hari tatkala tidak ada pengembala selain diriku dan ketika seorang sedang menggiring sapinya yang membawa beban, maka seketika sapi itu menoleh padanya dan berkata, ' Sesungguhnya aku tidak diciptakan untuk tugas ini, tetapi aku diciptakan Allah untuk membajak.' 
Orang-orang berkata,'Subhanallah!' Maka Nabi bersabda, ' Sesungguhnya aku beriman kepada berita itu sebagaimana Abu Bakar dan Umar mengimaninya pula'."

Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Umar dia berkata, "Rasulullah saw bersabda, " Barangsiapa menjulurkan pakaiannya (di bawah mata kaki) karena kesombongan maka Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat."
Maka Abu bakar berkata, "Sesungguhnya salah satu sisi dari bajuku selalu melorot ke bawah, kecuali jika aku selalu mengetatkarmya, maka Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya engkau tidak termasuk orang yang menjulurkan pakaiannya karena kesombongan."

8)Kemauannya yang Tinggi

Diriwayatkan dari Abu Hurairah berkata," Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, " Barangsiapa menginfakkan sesuatu dari dua yang dimilikinya di jalan Allah niscaya akan diseru dari pintu-pintu surga, "Wahai Harnba Allah inilahke-baikan. Maka barangsiapa termasuk ahli shalat maka akan dipanggil dari pintu shalat, barang siapa termasuk golongan yang suka berjihad maka akan dipanggil dari pintu jihad, dan barang siapa yang suka bersedekah maka akan dipanggil dari pintu sedekah,
barang siapa yang suka berpuasa maka akan dipanggil dari pintu puasa dan dari pintu Ar Rayyan. 

Maka Abu Bakar berkata, ' Bagaimana jika seseorang harus dipanggil dari setiap pintu, dan apakah mungkin seseorang dipangil dari setiap pintu wahai Rasulullah saw.?' 
Rasulullah saw. menjawab, ' Ya, dan aku berharap agar engkau wahai Abu Bakar termasuk salah seorang dari mereka'."

9)Keberkahan Abu Bakar ash-Shiddiq ra. dan Keluarganya

Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra. dia berkata, "Kami keluar bersama Rasulullah saw. dalam sebuah perjalanan, ketika kami sampai di suatu tempat yang bernama al-Baida -atau di Dzatul Jaisy- terputuslah kalung yang kupakai, maka Rasulullah saw. menyuruh rombongan berhenti untuk mencarinya dan orang-orang pun
berhenti bersama beliau, sementara mereka tidak mendapati air dan tidak mempunyai air, 

Maka orang-orang mendatangi Abu Bakar dan berkata, Tidakkah engkau melihat apa yang telah diperbuat oleh Aisyah? Dia telah membuat Rasulullah saw. berhenti dan manusia pun berhenti bersa-manya, sementara mereka tidak mendapatkan air dan tidak memilikinya.' Maka datanglah Abu Bakar ketika Rasulullah saw. berbaring meletakkan kepala-nya di atas pahaku sedang tertidur, Abu Bakar mendatangiku dan berkata, 'Engkau telah menahan Rasulullah saw. dan manusia sementara mereka tidak memiliki air dan tidak pula mendapatkannya'." ‘Aisyah ra. berkata, "

Maka ayahku mencelaku habis-habisan sambil menusuk-nusuk pinggangku dengan tangan-nya, tidak ada yang menghalangiku untuk bergerak kecuali takut Rasulullah saw terganggu tidurnya, sementara Rasululullah masih tetap tidur hingga pagi datang dan mereka tidak memiliki air, maka Allah turunkan waktu itu ayat mengenai tayammum, 'Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci).'(An-Nisa': 43).

Usa'id bin Hudhair berkata, "Bukanlah ini awal dari keberkahan kalian wahai keluarga Abu Bakar." Maka ‘Aisyah ra. berkata, "Kemudian kami membangkitkan kendaraan tungganganku dan ternyata kalung tersebut berada di bawahnya."

10) Berita Gembira Untuknya Sebagai Penghuni Surga

Diriwayatkan dari Sa'id bin Musayyab dia berkata, "Telah berkata kepadaku Abu Musa al-Asy'ari bahwa suatu hari dia berwudhu' di rumahnya kemudian berangkat keluar dan berkata, "Aku harus mengiringi Rasulullah saw. hari ini."

Beliau berangkat ke mesjid dan bertanya di mana Nabi saw, maka dijawab bahwa beliau keluar untuk suatu hajat, maka aku segera pergi berusaha menyusulnya sambil bertanya-tanya, hingga akhirnya beliau masuk ke kebun yang di dalamnya
terdapat sebuah sumur bernama Aris, maka aku duduk di pintu -dan ketika itu pintunya terbuat dari pelepah kurma- hingga beliau menyelesaikan buang hajat dan setelah itu berwudhu, 

Maka akupun berdiri berjalan ke arahnya ternyata beliau sedang duduk-duduk di atas sumur tersebut sambil menyingkap kedua betisnya dan menjulur-julurkan kakinya ke dalam sumur, maka aku datang memberi salam kepadanya, kemudian kembali ke pintu sambil berkata dalam hatiku, "Hari ini aku harus menjadi penjaga pintu Rasulullah saw. 

Tak lama kemudian datanglah Abu Bakar ingin membuka pintu, maka kutanyakan, "Siapa itu?" 
Dia menjawab, "Abu Bakar!" 
Maka kukatakan padanya, "Tunggu sebentar!" 
Aku segera datang kepada Rasulullah saw. dan bertanya padanya, "Wahai Rasulullah saw, ada Abu Bakar datang dan minta izin masuk!" 
Rasulullah saw. berkata, "Suruhlah dia masuk dan beritahukan padanya bahwa dia adalah penghuni surga."

Maka aku berangkat menujunya dan berkata, "Masuklah sesungguhnya Rasulullah saw. memberitakan padamu kabar gembira bahwa engkau adalah penghuni surga." 
Abu Bakar masuk dan duduk di sebelah kanan Rasulullah saw. sambil menjulurkan kakinya ke sumur sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw. dan dia menyingkap kedua betisnya hingga akhir kisah."

Diriwayatkan dari Qatadah dari Anas bin Malik dia pernah bercerita bahwa Nabi pernah menaiki gunung Uhud bersama Abu Bakar, Umar dan Utsman, maka tiba-tiba gunung Uhud bergoncang dan Rasulullah saw. lang-sung berkata, "Diamlah woahai Uhud sesunggnhnya di atasmu ada seorang Nabi, seorang Shiddiq ra. dan dua syahid."

11) Sepak Terjangnya dalam Membela RasuIullah saw.

Diriwayatkan dari Urwah bin az-Zubair dia berkata, "Aku pernah bertanya kepada Abdullah bin Amru tentang perbuatan kaum musyrikin yang paling menyakitkan RasuIullah, maka dia berkata, "Aku pernah melihat Utbah bin Abi Mu'ith mendatangi Nabi yang sedang shalat, maka tiba-tiba Uqbah melilit leher Nabi dengan sorban miliknya dan mencekiknya sekeras-kerasnya, kemudian
datanglah Abu Bakar membelanya dan melepas-kan ikatan tersebut sambil berkata, "Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena ia menyatakan, 'Rabbku ialah Allah' padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Rabbmu." (Al-Mukmin: 28).

JASA-JASA ABU BAKAR RA.

Abu Bakar ash-Shiddiq ra. adalah sahabat yang pertama kali masuk Islam, dan selalu menyertai Rasulullah sepanjang hidupnya baik di Makkah maupun di Madinah. 

Tidak hanya itu, beliau adalah sahabat Rasulullah saw. sekaligus teman bermusyawarah dan wazirnya. Di tangannya para senior sahabat masuk memeluk Islam seperti Usman bin Affan, az-Zubair bin al-Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah. 

Setia mendampingi Rasulullah saw. dalam menghadapi berbagai macam halangan dan rintangan, siap membela beliau dengan sepenuh jiwa, bahkan beliau pula yang telah membebaskan banyak budak-budak yang di siksa karena masuk Islam seperti Bilal, Amir bin Fuhairah, Ummu Ubaisy. Zinnirah, Nahdiyyah dan kedua putrinya, serta budak wanita milik Bani Muammal27 Beliaulah yang menemani Nabi di kala hijrah, dan turut serta dalam setiap peperangan bersama Rasulullah saw seperti Badar, Uhud, Khandaq, Hudaibiyyah, Penaklukan kota Makkah, Hunain, Tabuk dan pertempuran besar lainnya. 

Setelah menjabat sebagai khalifah maka beliaulah yang berrugas dan bertanggung jawab terhadap seluruh negeri Islam dan wilayah kekhalifahannya sepeninggal Rasulullah saw maka tercatat sejumlah reputasi beliau yang gemilang di antaranya,

1- Instruksinya agar jenazah Rasulullah saw., diurus hingga dikebumikan.

2- Melanjutkan misi pasukan yang dipimpin Usamah yang sebelum-nya telah dipersiapkan Rasulullah saw. sebelum wafat, sebagaimana kelak akan diterangkan secara rinci.

3- Kebijakannya menyatukan persepsi seluruh sahabat untuk memerangi kaum murtad dengan segala persiapan ke arah itu, kemudian instruksinya untuk memerangi seluruh kelompok yang murtad di wilayah masing-masing.

4- Ibnu Katsir berkata, "Pada tahun 12 H Abu Bakar ash-Shiddiq ra. memerintahkan Zaid bin Tsabit agar mengkumpulkan al-Qur'an dari berbagai tempat penulisan, baik yang ditulis di kulit-kulit, dedaunan, maupun yang dihafal dalam dada kaum muslimin. Peristiwa itu terjadi setelah para Qari' penghafal al-Qur'an banyak yang terbunuh dalam peperangan Yamamah, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Shahih al-Bukhari . 

Imam Bukhari berkata, Bab Pengumpulan al-Qur'an kemudian dia mulai menyebutkan sanadnya hingga sampai kepada Ibnu Syihab dari Ubaid bin as- Sabbaq, bahwa Zaid bin Tsabit pernah berkata, "Abu Bakar ash-Shiddiq ra. mengirim kepadaku surat tentang orang-orang yang terbunuh diperang Yamamah, ketika aku mendatanginya, kudapati Umar bin al-Khaththab berada di sampingnya, maka Abu Bakar berkata, "Umar mendatangiku dan berkata, "Sesungguhnya banyak para Qurra' penghafal al-Qur'an yang telah gugur dalam peperangan Yamamah. Aku takut jika para Qari' yang masih hidüp kelak terbunuh dalam peperangan, akan mengakibatkan hilangnya sebagian besar dari ayat al-Qur'an, menurut pendapatku, engkau harus menginstruksikan agar segera mengumpulkan dan membukukan al-Qur'an." 
Aku bertanya kepada Umar, "Bagaimana aku melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah saw.?" 
Umar menjawab, "Demi Allah, ini adalah kebaikan!" 
Dan Umar terus menuntutku hingga Allah melapangkan dadaku untuk segera melaksanakannya, akhirnya akupun setuju dengan pendapat Umar, 

Zaid bin Tsabit berkata, "Kemudian Abu Bakar berkata padaku, "Engkau adalah seorang pemuda yang jenius, berakal dan penuh amanah, dan engkau telah terbiasa menulis wahyu untuk Rasulullah saw., maka carilah seluruh ayat al-Qur'an yang berserakan dan kumpulkanlah." 
Berkata Zaid, "Demi Allah jika mereka memerintahkan aku untuk memikul gunung tentulah lebih ringan bagiku daripada melaksanakan instruksi Abu Bakar agar aku mengumpulkan al-Qur'an." 
Aku bertanya, "Bagaimana kalian melakukan sesuatu perbuatan yang tidak diperbuat oleh Rasulullah saw. 
Dia berkata, "Demi Allah ini adalah suatu kebaikan!" 
Dan Abu Bakar terus berusaha meyakinkan aku hingga akhirnya Allah melapangkan dadaku untuk menerimanya sebagaimana Allah melapangkan dada mereka berdua, 

Maka aku mulai mengumpulkan tulisan-tulisan al-Qur'an yang ditulis di daun-daunan, kulit maupun dari hafalan para penghafal al-Qur'an, hingga akhirnya aku menemukan akhir surat at-Taubah yang ada pada Abu Khuzaimah al-Anshari, yang tidak kudapatkan dari selainnya, yaitu ayat: 

" Sesungguhmja telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu." (At-Taubah: 128).

Hingga akhir surat al-Bara'ah. Kemudian al-Qur'an yang telah dikumpulkan dan dibukukan itu disimpan oleh Abu Bakar hingga Allah mewafatkannya. 

Setelah itu berpindah ke tangán Umar sewaktu hidup-nya, dan akhirnya berpindah ke tangán Hafshah binti Umar Imam al-Bukhari berkata, Ibnu Syihab berkata, Telah berkata kepadaku Kharijah bin Zaid bin Tsabit, bahwasanya dia mendengar Zaid berkata, "Aku tidak mendapatkan satu ayat dari surat al-Ahzab ketika kami menulis al-Qur'an ke dalam satu mushaf, sementara aku pernah mendengarkan Rasulullah saw. membacanya, akhirnya ayat tersebut kami cari dan ternyata ayat tersebut ada pada Khuzaimah
bin Tsabit al-Anshari, 
" Di antara orang-orang mu' min itu ada orang-orang yang menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah." (Al-Ahzab: 23). 
Maka segera kami sisipkan ke tempatnya di dalam mushaf.

5- Pengiriman pasukan untuk menyebarkan Agama Allah kepada bangsa-bangsa yang bertetangga dengan kaum muslimin baik kepada penduduk Persia maupun penduduk Syam, dalam rangka merealisasikan firman Allah SWT 

"Hai orang-orang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan dari padamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa." (At-Taubah: 123).


QADHI, SEKRETARIS DAN PEMUNGUT ZAKAT DI MASA
KEKHALIFAHAN ABU BAKAR

Sebelum Abu Bakar diangkat sebagai khalifah, profesi beliau dalam mencari nafkah adalah seorang pedagang, setelah dilantik sebagai khalifah maka sebagaimana biasanya beliau berangkat ke pasar untuk berdagang, dijalan beliau bertemu dengan umar bin al Khaththab dan Abu Ubaidah bin al Jarrah, keduanya menghampirinya dan berkata, "Profesimu sebagai pedagang kini sudah tídak sesuai lagi sejak engkau mengemban amanat yang amat besar ini." 
Abu Bakar ash-Shiddiq ra. menjawab, "Jika tídak dengan berda-gang seperti ini bagaimana aku dapat menghidupi anak istriku?" Keduanya menjawab, "Mari ikut kami agar kami siapkan untukmu gaji." 

Maka sejak itu Abu Bakar diberi upah setengah kambing dan dijamin baginya pakaian beserta sandang pangan, Umar berkata, Biarlah aku yang mengurusi masalah qadha (peradilan), selanjutnya Abu Ubaidah berkata, "Serahkan kepadaku urusan pajak." Umar berkata, "Sejak aku menjabat sebagi Qadhi di peradilan, selama sebulan penuh aku duduk menganggur tídak satupun
terjadi persengketaan antara dua orang."

Dan yang menjadi sekretaris dan juru tulisnya adalah Zaid bin Tsabit, Usman bin Affan atau siapa yang hadir ketika itu di sisinya.
Adapun gubernur untuk wilayah Makkah adalah Itab bin Sa'id, untuk wilayah Tha'if adalah Usman bin Abi al-Ash, untuk wilayah adalah Shan'a Muhajir bin Abi Umayyah, untuk wilayah Hadramaut adalah Ziyad bin Lubaid, untuk wilayah Khaulan adalah Ya'la bin Umayyah, untuk wilayah Zubeid dan Rima' adalah Abu Musa al-Asy'ari, untuk wilayah al-Janad adalah Mu'adz bin Jabal, untuk wilayah Bahrain adalah ai-Ala' bin al-Hadrami.

Beliau juga mengutus Jabir bin Abdillah al-Bajalli ke Najran, Abdullah bin Tsaur -salah seorang dari Bani al-Ghauts- diutus ke daerah Jurasy, kemudian beliau mengutus Iyadh bin Ghanm al-Fahri ke Daumatul Jandal, wilayah Syam diserahkan kepada Abu Ubaidah bin al-Jarrah, Syarahbil bin Hasanah, Yazid bin
Abu Sufyan, Amru bin al-Ash, seluruhnya adalah pemimipin pasukan di bawah satu komandan yaitu Khalid bin Walid.

Ketika itu Abu Bakr belum mendirikan baitul mal secara independen, melainkan hanyalah mengambil sebuah kamar kecil di rumahnya yang berada di sanuh, ketika salah seorang sahabat berkata padanya, "Tidakkah engkau memerlukan penjaga Baitul mal tersebut?" 
Dia menjawab, "Tidak, sebab kamar tersebut memiliki gembok yang terkunci." 

Namun ketika beliau pindah ke rumahnya yang di samping masjid Nabawi maka beliau harus memindahkan baitul mal tersebut ke sana. Ketika Abu Bakar wafat, maka Umar membuat para penjaga
baitul mal secara khusus, ketika baitul mal di buka tenyata mereka tidak menemukan apapun.

USIA DAN WAFAT ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ RA.

Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata, "Abu Bakar ash-Shiddiq ra. wafat pada hari senin di malam hari, ada yang mengatakan bahwa Abu Bakar wafat setelah Maghrib (malam selasa) dan dikebumikan pada malam itu juga yaitu tepatnya 8 hari sebelum berakhirnya bulan Jumadil Akhir tahun 13 H, setelah beliau mengalami sakit selama 15 hari. Pada waktu itu Umar menggantikan posisinya sebagai imam kaum muslimin dalam shalat. 

Ketika sakit beliau menuliskan wasiatnya agar tampuk pemerintahan kelak diberikan kepada Umar bin al- Khaththab, dan yang menjadi juru tulis waktu itu adalah Usman bin Affan, Setelah surat selesai segera dibacakan kepada segenap kaum muslimin, dan mereka menerimanya dengan segala kepatuhan dan ketundukan.

Masa kekhalifahannya berjalan selama 2 tahun 3 bulan38, dan beliau wafat pada usia 63 tahun39 persis dengan usia Nabi, akhirnya Allah me-ngumpulkan jasad mereka dalam satu tanah, sebagaimana Allah mengum-pulkan mereka dalam kehidupan. 

Sebelum wafat beliau telah mewasiatkan agar seperlima dari hartanya disedekahkan sembari berkata,"Aku akan menyedekahkan hartaku sejumlah yang Allah ambil dari harta fai' kaum muslimin.

Ketika beliau dalam kondisi sekarat, ada yang berkata kepadanya, "Maukah anda jika kami carikan seorang dokter?" Maka spontan dia menja-wab, "Dia telah melihatku (maksudnya Allah) dan Dia berkata, "Sesungguh-nya Aku akan berbuat apa-apa yang Kukehendaki."

Disebutkan bahwa sebab beliau jatuh sakit dan wafat bahwa beliau dan al- Harits -seorang dokter yang masyhur - pernah memakan khazirah (Yaitu daging yang telah lewat satu hari, yang dicampur dengan tepung setelah dlmasak) yang dihadiahkan kepada Abu Bakar, maka setelah memakan daging itu berkata al-Harits, "Angkatlah tangán anda wahai Khalifah Rasulullah saw, demi Allah
sesungguhnya daging ini telah beracun, maka Abu Bakar segera mengangkat tangannya, sejak itu keduanya selalu merasa sakit hingga akhirnya keduanya wafat satu tahun kemudian.

Versi lain ada yang mengatakan bahwa sebab wafatnya beliau karena mandi pada waktu musim dingin yang bersengatan, yang membuat beliau demam lalu wafat karena itu.

Dalam keadaan sakit beliau melantunkan sebuah bait syair,

Engkau selalu memberikan kabar duka cita atas kematian kekasihmu 
Hingga kini engkaulah yang akan merasakan kematian itu
Banyak orang memüiki cita-cita
Namun kematian jualah yang menghadang segalanya.

 Ketika sakaratul maut pertanda ajal yang akan menjemputnya datang, putrinya ' Aisyah -Ummul mukminin- membacakan sebuah bait syair,
Sesungguhnya tidak guna kekayaan bagi seseorang
Ketika dada terasa sempit dan susah bernafas

Mendengar itu beliau memandang kepada ‘Aisyah ra. seolah-olah marah dan berkata, "Jangan katakan demikian wahai Ummul mukminin, namun katakan, "Dan datanglah sakaratul maut yang sebenar-benarnya. itulah yang kamu selalu lari dari padanya." (Qaf: 19).

Di antara wasiat beliau kepada ‘Aisyah ra., Aku tidak meninggalkan harta untuk kalian kecuali hewan yang sedang hamil, serta budak yang selalu membantu kita untuk membuat pedang kaum muslimin, karena itu jika aku wafat tolong berikan seluruhnya kepada Umar. 

Ketika ‘Aisyah r.a menunaikan wasiat itu kepada Umar maka Umar berkata, "Semoga Allah merahmati Abu Bakar, sesungguhnya dia telah membuat kesulitan (untuk mengikutinya) bagi orang-orang
yang menjadi khalifah setelahnya.

Ketika Salman al-Farisi datang menjenguknya, Salman berkata, "Wahai Khalifah Rasulullah saw. berikan aku wasiat, sebab kulihat engkau tidak akan dapat lagi melakukannya setelah hari ini." Maka Abu Bakar menjawab, Wahai Salman, pasti akan terjadi penaklukan (negeri-negeri kafir) tapi aku tidak pernah mengetahui apa-apa yang engkau peroleh dari bagianmu kecuali apa-apa yang dapat engkau makan dan engkau masukkan ke dalam perutmu, atau apa-apa yang
dapat kau kenakan di atas punggungmu (pakainmu), 

Dan ketahuilah sesungguhnya barangsiapa yang mengerjakan shalat lima waktu, maka dia telah berada dalam lindungan Allah pada pagi hari maupun sore harinya, dan jangan sampai engkau membunuh seorang ahli dzimmah, maka kelak Allah pasti akan menuntutmu di
hari kiamat dan mencampakkan dirimu dalam keadaan tersungkur dengan wajahmu ke dalam neraka."

Ibn Sa'ad menyebutkan dengan sanadnya dari al-Qashim bin Muhammad dia berkata, "Abu Bakar dikafankan dalam dua kain, kain yang berwarna putih, dan satu lagi berwarna lain, beliau berpesan, 'Sesungguhnya orang yang masih hidup lebih membutuhkan kain dari orang yang telah mati, sebab kain kafan hanyalah menutup apa-apa yang akan keluar dari hidung maupun mulutnya."

Beliau dimakamkan bersama Rasulullah saw dalam kamar (Aisyah) dan beliau dishalatkan oleh Umar bin al-Khaththab Beliaulah yang pertama kali diangkat oleh Rasulullah saw. sebagai amir dalam pelaksanaan ibadah haji pertama dalam Islam yaitu pada tahun 9 H, dan pada tahun berikutnya Rasulullah saw. baru melaksanakan ibadah haji Wada'. 

Ketika beliau diangkat menjadi khalifah, beliau memerintahkan Umar untuk menjadi amir haji pada tahun 11 H, dan tahun berikutnya barulah beliau berangkat
haji.

Sumber : Terjemahan Kitab Al Bidayah Wan Nihayah Ibn Katsir


Kumpulan Kisah - Kisah Teladan Dan Hikmah Dan Sejarah Islam
Ternyata Pemabuk Dan Pezina Itu Wali Allah
Di dalam buku hariannya Sultan Turki Murad IV mengisahkan, bahwa suatu malam dia merasakan kekalutan yang sangat, ia ingin tahu apa penyebabnya. 

Maka ia memanggil kepala pengawalnya dan memberitahu apa yang dirasakannya.

Sultan berkata kepada kepala pengawal: "Mari kita keluar sejenak".
Di antara kebiasaan sang Sultan adalah melakukan blusukan di malam hari dengan cara menyamar.

Mereka pun pergi, hingga tibalah mereka di sebuah lorong yang sempit.

Tiba-tiba, mereka menemukan seorang laki-laki tergeletak di atas tanah. Sang Sultan menggerak-gerakkan lelaki itu, ternyata ia telah meninggal. Namun orang-orang yang lalu lalang di sekitarnya tak sedikitpun mempedulikannya.

Sultan pun memanggil mereka, mereka tak menyadari kalau orang tersebut adalah Sultan. 

Mereka bertanya: "Apa yang kau inginkan?.

Sultan menjawab: "Mengapa orang ini meninggal tapi tidak ada satu pun di antara kalian yang mau mengangkat jenazahnya? Siapa dia? Di mana keluarganya?"

Mereka berkata: "Orang ini Zindiq, suka menenggak minuman keras dan berzinah".

Sultan menimpali: "Tapi . . bukankah ia termasuk umat Muhammad shallallahu alaihi wasallam? Ayo angkat jenazahnya, kita bawa ke rumahnya".

Mereka pun membawa jenazah laki-laki itu ke rumahnya.

Melihat suaminya meninggal, sang istripun pun menangis. Orang-orang yang membawa jenazahnya langsung pergi, tinggallah sang Sultan dan kepala pengawalnya.

Dalam tangisnya sang istri berucap kepada jenazah suaminya: "Semoga Allah merahmatimu wahai wali Allah.. Aku bersaksi bahwa engkau termasuk orang yang sholeh".

Mendengar ucapan itu Sultan Murad kaget, "Bagaimana mungkin dia termasuk wali Allah sementara orang-orang membicarakan tentang dia begini dan begitu, sampai-sampai mereka tidak peduli dengan kematiannya".

Sang istri menjawab: "Sudah kuduga pasti akan begini..."

"Setiap malam suamiku keluar rumah pergi ke toko-toko minuman keras, dia membeli minuman keras dari para penjual sejauh yang ia mampu. Kemudian minuman-minuman itu di bawa ke rumah lalu ditumpahkannya ke dalam toilet, sambil berkata: "Aku telah meringankan dosa kaum muslimin".

"Dia juga selalu pergi menemui para pelacur, memberi mereka uang dan berkata: "Malam ini kalian sudah dalam bayaranku, jadi tutup pintu rumahmu sampai pagi".

"Kemudian ia pulang ke rumah, dan berkata kepadaku: "Alhamdulillah, malam ini aku telah meringankan dosa para pelacur itu dan pemuda-pemuda Islam".

" Orang-orangpun hanya menyaksikan bahwa ia selalu membeli khamar dan menemui pelacur, lalu mereka menuduhnya dengan berbagai tuduhan dan menjadikannya buah bibir."

Suatu kali aku pernah berkata kepada suamiku: "Kalau kamu mati nanti, tidak akan ada kaum muslimin yang mau memandikan jenazahmu, mensholatimu dan menguburkan jenazahmu".

Ia hanya tertawa, dan berkata: "Jangan takut, bila aku mati, aku akan disholati oleh Sultannya kaum muslimin, para Ulama dan para Auliya".

Maka, Sultan Murad pun menangis, dan berkata: "Benar! Demi Allah, akulah Sultan Murad, dan besok pagi kita akan memandikannya, mensholatkannya dan menguburkannya".

Demikianlah, akhirnya prosesi penyelenggaraan jenazah laki-laki itu dihadiri oleh Sultan, para ulama, para masyaikh dan seluruh masyarakat.

(Kisah ini diceritakan kembali oleh Syaikh Al Musnid Hamid Akram Al Bukhory dari Mudzakkiraat Sultan Murad IV)
Kumpulan Kisah - Kisah Teladan Dan Hikmah Dan Sejarah Islam



Sang Khalifah baru kelar mengurus pemakaman pendahulunya, Sulaiman bin ‘Abdul Malik. Sebab kelelahan menunaikan amanah itu sejak semalam, ia pun berniat merebahkan tubuhnya, sejenak meluruskan punggungnya. Hanya sejenak, demikian itu niatnya.

“Ayahanda,” ujar anaknya yang baru berumur tujuh belas tahun, “apa yang hendak Ayah lakukan?” sebuah tanya lugas. Dijawab santai oleh sang Ayah, “Aku hendak rehat sejenak, Anakku.” Sang Ayah benar-benar kelelahan.

“Apakah Ayah hendak menunda urusan orang-orang yang menunggu sejak semalam agar haknya yang terampas segera dikembalikan?” tegas sang Anak.

Lanjutnya dengan tanya retoris kedua, “Apakah Ayah hendak menunda urusan keluarga yang terzalimi agar segera dipulangkan ke rumahnya?” Dan, pungkasnya santun, “Apakah Ayah akan menunda harapan kaum Muslimin yang mengharapkan Amirul Mukminin yang baru berlaku adil kepada mereka?”

Mungkin, jika Ayah dalam kisah itu adalah kita, bisa jadi respon kita adalah membentak. Apalagi, usia sang anak baru tujuh belas tahun. Apalagi, sang Ayah adalah seorang kepala negara. 

Namun, Ayah ini tidak berlaku demikian. Kepada anak saleh yang telah mengingatkannya itu, sang Ayah sampaikan jawaban, “Hanya sejenak, Nak. Insya Allah, selepas Zhuhur akan Ayah tunaikan semua amanah itu.”

“Dan,” sang Anak sampaikan pertanyaan lagi, “siapakah yang menjamin umur Ayah akan sampai waktu Zhuhur?”

Itulah anak-anak yang membuat ayahnya bangga. Ia mengingatkan kemestian hidup. Ia ingatkan ayahnya akan kepastian mati dan akhirat yang selamanya. 

Ia tak segan atau malu-malu. Mereka melakukan itu atas nama cinta kepada sosok yang telah mendidiknya.

Atas tanya sang Anak, sang Ayah pun bergegas. Ia urung merebahkan punggung. Ia segera tunaikan amanah. Bukan pesta pora setelah dilantik. 

Katanya sebagaimana dikisahkan Salim A. Filah dalam Lapis-lapis Keberkahan, “Segala puji bagi Allah yang telah mengaruniakan kepadaku seorang putra yang menguatkanku di dalam agama-Nya.”

Kisah ini, bagi sebagian kita, mungkin tak asing lagi. Sang ayah adalah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, sedangkan anaknya adalah ‘Abdil Malik bin ‘Umar. Tapi, kisah-kisah ini harus senantiasa kita ingat dan sampaikan di zaman ini. 

Setidaknya sebagai sebuah harapan akan hadirnya anak-anak penyejuk jiwa yang senantiasa bertanya lembut kepada ayahnya, “Ayah sudah shalat?” saat ia baru pulang sekolah atau kuliah, atau seorang putra yang sudah rapi dengan sarung dan pecinya, kemudian meraih lembut tangan ayahnya, “Yah, ke masjid yuk. Sudah mau Maghrib.”